Melukis

Melukis
Perjalanan Spritual Untuk Negri

Selasa, 06 Desember 2011

STRATEGI INSTRUKSIONAL


A.    STRATEGI INSTRUKSIONAL
Kegiatan belajar mengajar dilakukan dalam banyak cara oleh para pengajar. Ada yang langsung memulai pengajaran, ada yang yang didahului dengan brain storming, ada pula yang dimulai dengan penjelasan terlebih dahulu, ada lagi yang mengulang penjelasan yang lalu baru menjelaskan materi baru, atau dengan berdiskusi, dan seterusnya. Setiap pengajar memiliki caranya tersendiri untuk menentukan urutan kegiatan instruksionalnya. Setiap cara tersebut dipilih atas dasar keyakinan akan keberhasilannya dalam mengajar. Pemilihan tersebut mungkin didasarkan atas intuisi, kepraktisan, atau mungkin pula atas dasar teori-teori tertentu agar pengajaran yang dilakukan di dalam kelas terstruktur dengan baik dan sesuai dengan kondisi kelasnya masing-masing.  Untuk itu diperlukan pemahaman strategi urutan kegiatan instruksional pada setiap mata pelajaran yang hendak diajarkan.

Dick dan Carey (1985) mengatakan bahwa suatu strategi instruksional menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan instruksional dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa.
Ia menyebutkan ada lima komponen umum dari strategi instruksional, yaitu:
1.      Kegiatan prainstruksional
2.      Penyajian informasi
3.      Partisipasi siswa
4.      Tes
5.      Tindak lanjut
Kelima komponen tersebut bukanlah satu-satunya rumusan strategi instruksional. Gagne dan Briggs (1979) menyebutkan ada sembilan urutan kegiatan instruksional, yaitu:
1.      Memberi motivasi atau menarik perhatian
2.      Menjelaskan tujuan instruksional
3.      Mengingatkan kompetensi prasyarat
4.      Memberi stimulus (masalah, topik, konsep)
5.      Memberi petunjuk belajar
6.      Menimbulkan penampilan siswa
7.      Memberi umpan balik
8.      Menilai penampilan
9.      Menyimpulkan
Briggs dan Wager (1981) mengungkapkan bahwa tidak semua pelajaran memerlukan seluruh sembilan urutan kegiatan tersebut tergantung karakteristik siswa dan jenis perilaku yang ada dalam tujuan instruksionalnya. Mereka juga menjelaskan bahwa pengetahuan kita sebagai pengajar belum lengkap tentang urutan kegiatan instruksional yang sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuannya. Oleh karena itu para ahli sepakat bahwa strategi instruksional yang berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam mengelola kegiatan instruksional dalam menyampaikan materi pelajaran hendaknya sistematis, sehingga kemampuan yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Di dalamnya terkandung empat pengertian sebagai berikut:
1.      Urutan kegiatan instruksional, yaitu: urutan kegiatan pengajar dalam menyampaikan isi pelajaran kepada siswa
2.      Metode instruksional, yaitu: cara pengajar mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa, agar terjadi proses belajar yang efektif dan efisien
3.      Media instruksional, yaitu: peralatan dan bahan instruksional yang digunakan pengajar dan siswa dalam kegiatan instruksional
4.      Waktu yang digunakan oleh pengajar dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan instruksional.
Dengan demikian, strategi instruksional merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan. Dengan kata lain strategi instruksional dapat pula disebut sebagai cara yang sistematis dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Artinya hal ini berkenaan dengan bagaimana menyampaikan isi pelajaran.
Dalam setiap pemilihan strategi instruksional para pengajar perlu mengajukan dua pertanyaan: pertama, seberapa jauh strategi yang disusun itu didukung dengan teori-teori psikologi dan teori instruksional yang ada? Kedua, seberapa jauh strategi yang disusun itu efektif dalam membuat siswa mencapai tujuan instruksional yang telah ditetapkan? Karena strategi instruksional ini disusun untuk mencapai tujuan instruksional tertentu, maka ia harus disusun sesuai dengan TIK (Tujuan Instruksioanl Khusus). Pada umumnya model desain instruksional seperti Instructional Development Institute, System Approach for Education, The Project Minerva, Banathy, dan Teaching Research menggunakan langkah yang sama. Mereka mengembangkan strategi instruksional langsung dari TIK. Sedangkan pada model Dick dan Carey, walaupun tahap srategi instruksional digambarkan dalam bagan di belakang pengembangan tes, di dalam penjelasannya dinyatakan bahwa ia dikembangkan langsung dari TIK juga.



B.     KOMPONEN UTAMA DALAM PENYUSUNAN STRATEGI INSTRUKSIONAL
Pada dasarnya dalam strategi instruksional terbagi atas empat komponen utama, yaitu: urutan kegiatan instruksional, metode, media, dan waktu.
Komponen utama pertama, yaitu: urutan kegiatan instruksional, mengandung beberapa komponen: pendahuluan, penyajian, dan penutup.
Komponen pendahuluan terdiri dari tiga langkah, sebagai berikut:
1.      Penjelasan singkat tentang isi pelajaran
2.      Penjelasan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa, dan
3.      Penjelasan tentang tujuan instruksional

Komponen penyajian terdiri atas tiga langkah, yaitu:
1.      Uraian
2.      Contoh
3.      Latihan
Komponen penutup terdiri dari dua langkah, yaitu:
1.      Tes formatif dan umpan balik
2.      Tindak lanjut
      Komponen utama kedua, yaitu: metode instuksional, terdiri atas berbagai macam metode yang digunakan dalam setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Dalam setiap langkah tersebut mungkin menggunakan satu atau beberapa metode atau mungkin pula beberapa langkah menggunakan metode yang sama.
      Komponen utama ketiga, yaitu media instruksional, berupa media cetak atau media audiovisual yang digunakan pada setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Seperti halnya penggunaan metode instruksional, mungkin beberapa media digunakan pada suatu langkah atau satu media digunakan pada beberapa langkah.
      Komponen utama keempat, yaitu waktu, berapa lama waktu yang digunakan oleh pengajar dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan instruksional.
Berikut disampaikan uraian tentang pengertian setiap komponen dan setiap langkah yang terdapat dalam strategi instruksional:
a.      Komponen Utama Pertama: Urutan Kegiatan Instruksional
Urutan kegiatan instruksional terdiri atas komponen pendahuluan, penyajian, dan penutup. Setiap subkomponen tersebut terdiri atas beberapa langkah.
1.      Subkomponen Pendahuluan
Dick danCarey (1985) menyebutnya preinstructional activities dan Universitas Terbuka menggunakan istilah pengantar atau kadang-kadang disebut pendahuluan. Kegiatan awal tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan mental siswa agar siap dalam mempelajari pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru. Seorang pengajar yang baik tidak akan mendadak mengajarkan topik pada hari itu. Pengajar yang baik harus bersedia menggunakan waktunya sejenak untuk mengikuti siswanya, baru kemudian pelan-pelan masuk ke dalam topik yang akan dibahas. Selain itu, pengajar yang baik akan meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari pelajaran baru sebelum ia mengajarkannya dengan cara menjelaskan apa manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa di kemudian hari.
Fungsi komponen pendahuluan akan tercermin dalam ketiga langkah yang akan dijelaskan di bawah ini:
      a.      Penjelasan singkat tentang isi pelajaran
Pada permulaan pelajaran, siswa pada umumnya ingin segera mengetahui apa yang akan dipelajari pada pertemuan saat itu. Untuk itu diperlukan penjelasan singkat, agar pada permulaan pelajaran siswa telah mendapatkan gambaran secara global tentang isi pelajaran yang akan dipelajari.

      b.      Penjelasan relevansi isi pelajaran baru
Siswa akan lebih cepat mempelajari sesuatu yang baru jika sesuatu yang akan dipelajari itu dikaitkan dengan sesuatu yang telah diketahuinya atau dengan sesuatu yang biasa dilakukannya sehari-hari. Oleh karena itu siswa perlu diberi penjelasan mengenai relevansi kegiatan isi pelajaran yang akan dipelajari dengan pengetahuan, keterampilan, dengan sikap yang telah dikuasai, atau dengan pengalaman dan pekerjaannya sehari-hari.
      c.       Penjelasan tentang tujuan instruksional
Pada umumnya, siswa akan belajar dengan cepat apabila mendapatkan tanda-tanda yang mengarahkan kepada proses belajarnya. Tanda-tanda tersebut dapat berupa penjelasan tentang tujuan instruksional. Dengan tanda tersebut, siswa diharapkan mampu mengorganisasikan atau mengatur sendiri proses belajarnya dengan menggunakan sumber-sumber yang ada di lingkungannya. Selain itu pengetahuan tentang tujuan instruksional tersebut akan meningkatkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu setiap pengajar sebaiknya perlu menjelaskan tujuan instruksional kepada siswanya sebelum memulai kegiatan instruksional sesungguhnya.
Dengan selesainya ketiga kegiatan pendahuluan tersebut, siswa telah mempunyai gambaran global tentang isi pelajaran yang akan dipelajarinya, kaitannya dengan pengalaman sehari-hari, meningkatkan motivasi belajar, dan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajar sebaik-baiknya. Waktu yang dibutuhkan untuk ketiga kegiatan dalam komponen pendahuluan tersebut hanya 3-5 menit dari 49-90 menit waktu pelajaran. Artinya, cukup besar untuk meningkatkan efektifitas dan efsiensi belajar siswa.
2. Subkomponen Penyajian
Penyajian adalah subkomponen yang sering ditafsirkan secara awam sebagai pengajaran karena memang merupakan inti kegiatan pengajaran. Di dalamnya terkandung tiga pengertian pokok, yaitu: urain, contoh, dan latihan.
a.      Uraian
Adalah penjelasan tentang materi pelajaran atau konsep, prinsip, dan prosedur yang akan dipelajari siswa.

b.      Contoh
Adalah benda atau kegiatan yang terdapat dalam kehidupan siswa sebagai wujud dari materi pelajaran yang sedang diuraikan. Contoh meliputi benda atau kegiatan yang bersifat positif atau negatif, baik yang konsisten ataupun yang bertentangan dengan uraian. Uraian dan contoh merupakan tanda-tanda dan kondisi belajar yang merangsang siswa untuk memberikan respon terhadap isi pelajaran yang sedang dipelajari. Semakin relevan uraian dan contoh terhadap kehisupan siswa, maka semakin jelas bagi siswa. Kegiatan uraian dan contoh dapat berbentuk uraian lisan, tulisan atau buku, media ausiovisual, poster, benda sebenarnya, dan sebagainya. Pada saat memebrikan uraian pengajar dapat menggunakan berbagai metode seperti ceramah, diskusi, dan sumbang saran.
c.       Latihan
Adalah kegiatan siswa dalam rangka menerapkan konsep, prinsip, atau prosedur yang sedang dipelajarinya ke dalam praktik yang relevan dengan kehidupannya sehari-hari. Dengan latihan, berarti siswa belajar dengan aktif, tidak hanya duduk membaca dan mendengarkan. Belajar aktif akan mempercepat penguasaan siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Latihan tersebut diikuti dengan bimbingan dan koreksi serta petunjuk cara memperbaikinya dari pengajar. Latihan ini diulang seperlunya sampai siswa dapat menyelesaikannya dengan benar tanpa bantuan pengajar.

Subkomponen Penutup
Subkomponen terakhir ini terdiri dari dua langkah, yaitu: pertama tes formatif dan umpan balik, kedua tindak lanjut.
a.      Tes Formatif
Adalah satu set pertanyaan untuk dijawab atau seperangkat tugas yang dilakukan untuk mengukur kemajuan belajar siswa setelah menyelesaikan suatu tahap pelajaran. Selain itu tes merupakan bagian dari kegiatan belajar siswa secara aktif dan secara efektif membuat siswa menguasai pelajaran. Hasil tes formatif harus diberitahukan kepada siswa sebagai umpan balik, agar proses belajar menjadi efektif, efisien, dan menyenangkan. Umpan balik merupakan salahsatu kegiatan instruksional yang sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.
b.      Tindak lanjut
Adalah kegiatan yang dilakukan siswa setelah melakukan tes formatif dan umpan balik. Siswa yang mendapatkan hasil tes dengan nilai baik, dapat melanjutkan ke bagian pelajaran selanjutnya atau mempelajari bahan tambahan untuk memperdalam pengetahuan. Sedangkan siswa dengan nilai kurang baik harus mengulang isi pelajaran tersebut dengan menggunakan bahan instruksional yang sama atau berbeda. Petunjuk dari pengajar tentang apa yang harus dilakukan siswa  merupakan salahsatu bentuk pemberian tanda dan bantuan kepada siswa untuk memperlancar kegiatan belajar selanjutnya.
Komponen Utama Kedua: Metode Instruksional
Tidak setiap metode instruksional sesuai untuk digunakan dalam mencapai tujuan instruksional tertentu. Karena itu pengajar harus memilih metode yang sesuai untuk setiap TIK yang ingin dicapai. Metode instruksional berfungsi sebagai cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Berikut beberapa metode yang biasa dilakukan pengajar dalam kegiatan instruksional:
1.      Metode Ceramah (Lecture)
Metode tersebut berbentuk penjelasan pengajar kepada siswa dan biasanya diikuti dengan Tanya jawab tentang isi pelajaran yang belum jelas. Yang perlu dipersiapkan pengajar adalah daftar topik yang akan diuraikan dan media visual yang sederhana. Metode ini tepat untuk diterapkan bila: kegiatan instruksional baru dimulai, waktu terbatas, jumlah pengajar sedikit. Metode tersebut memilki keterbatasan, yaitu: partisipasi siswa rendah, kemajuan siswa sulit dipantau, perhatian dan minat siswa tidak dapat dipantau.
2.      Metode Demonstrasi
Yaitu mengambil contoh pelaksanaan suatu keterampilan atau proses kegiatan. Namun dibutuhkan keahlian dalam mendemontrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan sesungguhnya. Setelah demontrasi, siswa diberi kesempatan latihan keterampilan yang sama dibawah pengawasan pengajar. Metode ini dapat digunakan bila: kegiatan instruksional bersifat formal, magang atau latihan kerja. Materi pelajaran berbentuk keterampilan psikomotorik, petunjuk sederhana, bahasa asing, dan prosedur pelaksanaan. Pengajar bermaksud menyederhanakan penyelesaian kegiatan yang panjang, dan menunjukkan suatu standar penampilan.
3.      Metode Penampilan
Yaitu pelaksanaan praktik siswa di bawah pengawasan pengajar. Praktik tersebut dilaksanakan atas dasar penjelasan atau demontrasi yang telah diterima atau diamati siswa. Untuk menggunakan metode ini, pengajar harus: memberikan penjelasan cukup kepada siswa selama praktik berlangsung, melakukan tindakan pengamanan sebelum kegiatan praktik. Metode penampilan tepat digunakan bila: pelajaran telah mencapai tingkat lanjutan, kegiatan instruksional bersifat formal, latihan kerja, atau magang, siswa mendapatkan kemungkinan dapat menerapkannya dalam kehiudpan sehari-hari, kondisi praktik sama dengan kondisi kerja, disediakannya supervisi dan bimbingan kepada siswa secara dekat selama praktik. Adapun kesulitan penggunaan metode ini adalah: membutuhkan waktu panjang, membututhkan fasilitas lengkap dan mahal, dan membutuhkan pengajar yang lebih banyak.
4.      Metode Diskusi
Yaitu interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan pengajar untuk menganalisis, menggali, atau memperdebatkan topik tertentu. Untuk menggunakan metode ini pengajar harus: menyediakan bahan, topik atau masalah yang akan didiskusikan, menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas, menugaskan siswa untuk menjelaskan, menganalisis, dan meringkas, membimbing diskusi, sabar terhadap kelompok yang lambat, awas terhadap kelompok yang kebingungan. Metode tersebut tepat digunakan untuk: tahap menengah atau tahap akhir proses belajar, pelajaran formal atau magang, perluasan pengetahuan siswa, belajar mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta mengambil keputusan, membiasakan siswa berhadapan dengan berbagai pendekatan, interpretasi, dan kepribadian, dan menghadapi masalah secara berkelompok. Namun metode ini memilki keterbatasan, yaitu: menyita waktu lama, mensyaratkan siswa mempunyai latar belakang yang cukup dalam topik atau masalah yang didiskusikan, tidak tepat digunakan pada tahap awal.


5.      Metode Studi mandiri 
Yaitu berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh siswa tanpa bimbingan atau pengajaran khusus. Metode ini dapat berupa: memberi daftar bacaan sesuai kebutuhan siswa, menjelaskan hasil yang diharapkan, mempersiapkan tes untuk menilai keberhasilan siswa. Metode ini diterapkan: pada tahap akhir proses belajar, dapat digunakan pada semua mata pelajaran, menunjang metode instruksional lainnya, meningkatkan kemampuan kerja siswa, mempersiapkan kenaikan tingkat siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk memperdalam minatnya tanpa dicampuri siswa lain. Namun metode ini hanya dapat digunakan bila siswa menentukan sendiri tujuannya dan dapat memperoleh sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
6.      Metode Kegiatan Instruksional terprogram
Yaitu metode yang menggunakan bahan instruksional secara khusus. Isis pelajran didalamnya dipecah menjadi langkah-langkah kecil, diurut secara cermat, diarahkan untuk mengurangi kesalahan, dan diikuti umpan balik dengan segera. Siswa mendapat kebebasan untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Untuk menggunakan metode ini perlu diperhatikan hal-hal berikut: siswa harus benar-benar memiliki seluruh bahan, alat-alat dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelajaran tersebut, siswa harus tahu bahwa bahan itu bukan tes, respon yang dibuat siswa untuk membantunya belajar bukan sebagai dasar penilaian dalam mata pelajaran tersebut, tersedianya sumber yang dapat membantu siswa bila mengalami kesulitan, siswa harus dicek kemampuannya secara periodik untuk membuatnya benar-benar belajar. Metode ini diterapkan untuk: semua tahap belajar, pelajaran normal, belajar jarak jauh, dan magang, mengatasi kesulitan perbedaan individual, dan mempermudah siswa belajar dalam waktu yang diinginkan. Keterbatasannya: bahan belajar yang dikembangkan  dengan baik membuat siswa melalui urutan kegiatan belajar yang sama, sehingga metode ini dianggap tidak fleksibel, biaya pengembangan tinggi, siswa kurang mendapat interaksi sosial.
7.      Metode Latihan dengan Teman
Yaitu memanfaatkan teman yang telah lulus atau mengerti tentang topik tersebut utnuk bertindak sebagai pelatih bagi siswa lain. Ia dapat memilih metode instruksional yang diinginkan untuk melatih temannya tersebut.jika temannya lulus, ia pun akan bertindak sebagai pelatih.  Hal-hal yang perlu diperhatikan: seorang siswa mula-mula memperhatikan siswa yang telah mencapai tingkat lanjut dalam melaksanakan semua tugas di bawah pengawasan pelatih, siswa kemudian dilatih dalam keterampilan melakukannya, setelah lulus tes ia menjadi pelatih untuk siswa berikutnya. Metode latihan ini dapat diterapkan pada: semua tahap yang membutuhkan latihan satu per satu, latihan kerja, latihan formal, dan magang. Kesulitan penggunaan metode ini adalah: terbatasnya siswa yang dapat dilatih dalam suatu periode tertentu, kegiatan latihan ini harus senantiasa dikontrol secara langsung untuk memelihara kualitas.
8.      Metode Simulasi
Menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan: pada tahap permulaan diperlukan tingkat di bawah realitas. Siswa diharapkan mengidentifikasi lokasi tujuan, sifat-sifat benda, tindakan yang sesuai dengan kondisi tertentu, dan sebagainya. Pada tahap pertengahan diperlukan tingkat realitas yang memadai. Siswa diharapkan dapat mempelajari sesuatu dalam kaitan dengan pengetahuan yang lebih luas dan memulai mengkoordinasikan keterampilan-keterampilan. Pada tahap akhir diperlukan tingkat realitas yang tinggi, dan siswa diharapkan dapat melakukan pekerjaan seperti seharusnya. Metode ini sesuai diterapkan untuk: semua tahap belajar, pendidikan formal dan magang, memberikan kejadian-kejadian analogis, memungkinkan praktik dan umpan balik dengan resiko kecil, diprogramkan sebagai alat pelajaran mandiri. Kelemahannya: biaya pengembangan tinggi dan butuh waktu lama, alat-alat yang mahal, resiko tinggi bagi siswa dan pengajar.
9.      Metode Sumbang Saran (Brainstorming)
Yaitu proses penampungan pendapat dari siswa tanpa evaluasi terhadap kualitas pendapat tersebut. Pengajar tidak boleh berorientasi pada hasil metode, tetapi pada prosesnya, yaitu mendorong keberanian siswa memunculkan pendapatnya tanpa takut disalahkan. Semua pendapat ditampung, tidak ada yang ditolak. Metode ini dapat digunakan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam mengajukan pendapatnya. Tetapi metode ini dapat menimbulkan frustasi di kalangan siswa karena mereka tidak menemukan consensus pada akhir proses tersebut. Metode ini dapat digunakan dalam mencari berbagai kemungkinan cara memecahkan masalah.


10.  Metode Studi Kasus
Berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian, atau situasi tertentu, kemudian siswa ditugaskan mencari alternatif pemecahannya. Metode ini digunakan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mendapatkan persespsi baru dari suatu konsep dan masalah. Metode ini tepat digunakan untuk siswa yang memiliki pengetahuan cukup dalam masalah tersebut. Kesulitan penggunaan metode ini adalah: mendapatkan kasus yang telah ditulis dengan baik sebagai hasil penelitian di lapangan dan sesuai dengan lingkungan kehidupan siswa, mengembangkan kasus sangat mahal.
11.  Metode Computer Assisted Learning (CAL)
Yaitu kegiatan belajar yang sangat berstruktur dengan menggunakan komputer. Siswa diminta memcahkan masalah melalui komputer kemudian mendapatkan umpan balik atas jawabannya. CAL memberikan kesempatan bagi siswa untuk maju menurut kecepatan masing-masing. Metode ini dapat digunakan pada setiap tingkatan pengetahuan. Kesulitan penggunaan metode ini: pengembangan program CAL membutuhkan biaya tinggi dan waktu lama, pengadaan dan pemeliharaan alat mahal.
12.  Metode Insiden
Merupakan variasi dari metode studi kasus. Siswa diberi data dasar yang tidak lengkap tentang suatu masalah dan ia harus mencari data tambahan untuk menyelesaikan tugasnya. Data tambahan tersebut dapat diminta kepada pengajar. Kelebihannya: siswa belajar menyusun dan menyelami masalah lebih dahulu sebelum belajar berpikir kritis untuk mencari pemecahannya.
13.  Metode Praktikum
Metode ini berbentuk pemberian tugas kepada siswa untuk menyelesaikan suatu proyek dengan berpraktik dan menggunakan instrument tertentu.
14.  Metode Proyek
Metode berbentuk pemberian tugas kepada semua siswa untuk dikerjakan secara individual. Laporan penyelesaian dituangkan dalam bentuk makalah.
15.  Metode Bermain Peran
Metode yang berbentuk interaksi antara dua atau lebih siswa tentang suatu topik atau situasi dengan melakukan peran terbuka. Metode ini digunakan untuk memberikan kesempatan siswa mempraktikkan isi pelajaran dan menemukan masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya. Metode ini memerlukan observasi yang cermat dari pengajar untuk menunjukkan kekurangan setiap peran yang dilakukan siswa.
16.  Metode Seminar
Berbentuk kegiatan belajar bagi sekelompok siswa untuk membahas topik atau masalah tertentu. Setiap anggota seminar diharapkan aktif berpartisipasi. Penyelesaian tugas pembahasan topik tersebut menjadi tanggung jawab anggota seminar, pengajar bertindak sebagai nara sumber.


17.  Metode Simposium
Mengetengahkan suatu seri ceramah mengenai berbagai kelompok topik dalam bidan gtertentu. Ceramah diberikan oleh beberapa ahli.
18.  Metode Tutorial
Berbentuk pemberian bahan ajar yang telah dikembangkan untuk dipelajari siswa secara mandiri dan kesempatan berkonsultasi secara periodik tentang kemajuan dan masalah yang dialaminya.
19.  Metode Deduktif
Dimulai dengan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemusian disusul dengan penerapannya pada situasi tertentu. Metode ini bergerak dari yang bersifat umum ke khusus. Metode ini tepat digunakan bila: siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajarinya, isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang membutuhkan proses berpikir kritis, pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan pembicara yang baik, dan waktu yang tersedia singkat.
20.  Metode Induktif
Siswa dibimbing untuk mensintesis, menemukan, dan menyimpulkan prinsip dasar dari kasus yang diberikan yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip dari suatu pelajaran. Metode ini disebut metode discovery atau Socratic. Metode ini digunakan bila: siswa telah mengenal atau berpengalaman terhadap pelajaran tersebut, yang akan diajarkan keterampilan komunikasi, sikap, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan, pengajar adalah pendengar yang baik, fleksibel, sabar, dan waktu yang tersedia cukup panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar